cerpen puisi hitam



Kepergianmu

“ ma … sesil berangkat kuliah dulu ya “ kata sesil sambil lari kecil menuju keluar.
“ lho kamu kok buru-buru sill, gk sarapan dulu ?” Tanya mama kepada sesil.
“ aduh enggak deh mah, sesil sarapan dikampus aja ya, udah telat nih ada pembukaan penerimaan mahasiswa baru. Sesil pamit ya mah”.   Kata sesil sambil mencium telapak tangan mamahnya. Melihat hal itu mamah Sesil hanya tertawa kecil melihat tingkah anak semata wayangnya itu.
Sesil merupakan putri kesayangan orang tua nya , dia adalah anak satu-satunya tetapi walau seperti itu kedua orang tua Sesil tidak memanjakan sesil terlalu berlebihan.
*  * *



Suasana dikampus Sesil hari ini sangat ramai dan seru karna hari ini bertepatan dengan penyambutan mahasiswa baru. Dengan memanfaatkan situasi ini, sesil langsung menghubungi pacarnya dan ia mengambil handphone di tasnya. Berkali-kali Sesil mencoba menghubungi Agung tapi hasilnya nihil. Saat Sesil sedang sibuk dengan handphonenya  Rere yang sejak tadi memperhatikan tingkah sesil langsung menghampiri Sesil.
“ lo kenapa sih ok gua perhatiin dari tadi gelisah banget? “
“ iya nih Re, gua dari semalem gk di kasih kabar sama Agung” jawab Sesil dengan mata tetap tertuju pada handphonenya.
“lo udah hubungin dia sil, coba lo tanya mamahnya sil “
“belum sih, gua gak enak Re mau nanya mamah nya takut di bilang lebay sih “ jawab Sesil dengan polosnya.
“ gk ada salahnya kok Sil. Coba lo hubungin orang rumahnya “ saran Rere kepada Sesil.
Sesil yang mendengan saran Rere langsung berusaha menghubungi orang tua Agung, tetapi hasilnya tetap saja nihil. Ia juga berusaha menghubungi adik agung Purri, tetapi tak kunjung ada jawabnya.
“gimana ya Re, tetap gk bisa di hubungin nih, gk biasanya lho dia kya gini “ kata Sesil dengan cemasnya.
“ Ya udah gini aja, gimana kalo kita kerumah Agung, mumpung belum sore nih Sil, Gua temenin deh ?” kata Rere.
Mendengar ajakan Rere Sesil menganggukan kepala dan langsung menuju parkiran untuk mengambil kendaraan. Dengan harapan tidak terjadi apa-apa dengan pacar yang sangat ia sayangi tersebut. Sepanjang jalan Sesil tidak banyak bicara, Ia memilih diam dan tidak membuka percakapan sama sekali. Rere yang melihat hal itu sudah tidak kaget karena Sesil merupakan sahabat sejak lama. Perjalanan ke rumah Agung memakan perjalanan 1 jam dan waktu sudah hampir malam .  Tiba-tiba saat sudah hampir mendekati rumah Agung , mereka di kejutkan oleh sesuatu.
“Sil, itu kok ada bendera kuning ?” tanya Rere
“Astafirullah Re , siapa yang meninggal ya  “ jawab Sesil dengan wajah cemas.
Seketika itu mereka langsung menghampiri rumah Agung.
“ Pak numpang tanya, ini siapa yang meninggal ya ?” tanya Rere kepada salah satu pelayat.
“oh ini neng, si Agung anaknya pak Rohim tadi malam kecelakaan dan sore ini meninggal dirumah sakit” jawab bapak tersebut
Mendengar jawaban dari pelayat tersebut Sesil yang tidak percaya langsung lari memasuki rumah Agung. Betapa terkejutnya di ruang tamu Sesil mendapati sebujur orang yang sejak semalam ia khawatirkan. Dengan tatapan polos dan airmata mengalir Sesil mendekati Agung. Secara perlahan Sesil membuka penutup kepala Agung.
“ kamu kanapa sayang, kok wajah kamu pucat sekali dari tadi malam aku nunggu kabar kamu lho “ ujar Sesil yang berbicara dengan jasad Agung seolah-olah masih hidup.
“sayang kok diam aja sih , ayok jawab kamu kemana “ kata Sesil sambil mengguncang-guncangkan tubuh Agung dengan suara isakan tangis yang semakin meluap.
Melihat hal itu mamah Agung memeluk Sesil dan menceritakan semuanya.
“Sesil sabar ya, Tante minta maaf belum ngabarin kamu masalah ini, kamu harus bisa ikhlas ya, mungkin ini udah jalannya Agung.” ujar mamah Agung seraya memeluk Sesil.
“ Tapi sesil sayang te sama Agung, Sesil gk mau kehilangan dia, kenapa allah menakdirkan seperti ini te “ kata Sesil diwarnai isak tangis.
“Allah pasti punya rencana lain Sil, coba kamu liat Agung kamu pandangi pasti dia udah merasa tenang di sana, dan kamu harus bisa menerima semua ini, Agung pasti bakal sedih kalo kamu terus-terusan bersedih, Agung akan lebih bahagia kalo kamu bisa nerima semua ini walaupun berat tante tau itu”
Sesil yang mendengar ucapan mamah Agung langsung memeluk jasa Agung.
Keesokan harinya Sesil mengantarkan Agung orang yang sangat ia sayangi ke tempat peristirahatan yang terakhir. Walau dengan berat hati Sesil sudah berjanji untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan dan akan mencoba ikhlas dengan semua ini.

Komentar