Jodoh tidak lantas mendekat hanya karena berpacaran dan tidak juga menjauh hanya karena memilih sendiri. Memperbaiki diri sampai kapanpun itu kewajiban agar kamu tidak menjadi insan yang menyesal. Hidup ini pilihan, Piliham ketika kamu memang memilih sendiri (dahulu).
Tiga tahun lebih, bukan waktu sekilas. Aku menjadi sosok yang adaptif perihal hati. Berdiri sendiri tak mencari. Tak ada keinginan untuk mengubah penyamun renjanaku, bukan mengubah tapi membiarkan itu kosong. Berkembang menjadi wanita yang dinilai "tidak moveon" lantaran aku tidak memulai yang baru. Ah persepektif yang luar biasa sempit. Ada hal lain yang sedang aku usahakan, hal lain yang aku ikhtiarkan dan tentu aku slalu doakan.
Entah apa namanya, masih terasa ketika dunia serasa jatuh, bukan dunia tapi hatiku. Dari situ aku menguatkan diriku menyadarkan hatiku bahwa dunia tak (benar) runtuh hanya karena kamu jatuh. Aku berdiri kuat, dengan sahabat yang slalu kokoh disampingku meskipun sekarang, mereka sudah (seperti) tak mengenaliku. Ya, dunia terus berputar dan apapun bisa terjadi begitu pula tentang perpisahan atau persahabatan.
Hujan itu ada dengan proses yang panjang, bahkan dia perlu melewati beberapa tahap sebelum dia menjadi buliran air segar. Artinya begitu pula hidup. Sejak kepulangan aku dari perantauan banyak hal yang aku pelajari, dan sedikit pola pikirku berubah, nada bicaraku (sediki) terarah. Entah, dari situ aku mulai kehilangan beberapa orang yang aku percaya. Sedih, pasti. Tapi aku berdiri tak berlari. Hingga rasanya semua orang mengarahkan "kamu yang salah". Iya aku akui mungkin aku salah dan pasti aku salah jika tidak tak mungkin begini. Tapi aku yakin Allah punya rencana lain yang bisa membaikanku membaikan mentalku dan juga hatiku.
Siang ini aku tertegun. Pesan singkat yang membuatku sedikit "dingin". Aku menamai ini dengan uji(perasa)an. Sosok yang ku kira dia penyamu renjanaku hadir. Setelah hampir 3 tahun lebih sama sekali tidak tersua. Jika kalian berpikir aku baper (bawa perasaan) kalian salah. Aku justru berpikir, ada apa gerangan aku tak ingin menganalisis lebih jauh. Rasanya beda, beda dan sangat berbeda. Aku kira akan ada "rasa" yang berkecamuk tapi nyatanya tidak. Aku lekas berpikir, apa penyamunku sudah tak lagi kamu atau justru kosong.
Memang, sejak kejadian dulu aku tak lagi memikirkan perihal pasangan. Untuk apa? Toh akan banyak kekeliruan yang ku perbuat, toh sudah jelas "tidak baik". Dari siang ini aku berpikir, ternyata hatiku sudah kuat sudah bisa berdamai dengan masalalu ku dengan mu.
Jodoh tidak lantas mendekat hanya karena berpacaran dan tidak juga menjauh hanya karena memilih sendiri. Memperbaiki diri sampai kapanpun itu kewajiban agar kamu tidak menjadi insan yang menyesal. Hidup ini pilihan, Piliham ketika kamu memang memilih sendiri (dahulu).
Komentar
Posting Komentar