Hari ini rakyat dihebohkan dengan sidang etik Setya Novanto dalam kasus rekaman dengan beberapa orang perihal papa minta saham. Iya kasus yang sedang melanda kalangan elit pemerintahan ini pun menjadi daya sorot tersendiri bagi masyarakat. Begitu pula saya, dan dengan santainya saya membuat status di media sosial bbm "Sidang etik Setya Novanto, miris mau jadi apa negara ini". Tak butuh waktu lama banyak yang komen status tersebut, tapi justru saya terperanga dengan komen salah seorang yang berbunyi "tak usah ngurusin masalah gituan, pikirin aja masalah pribadi". Jujur saya terkejut dengan komentar tersebut.
Tak jauh merasa miris dengan pemerintahan Indonesia dewasa ini, saya juga merasa miris dengan pola pikir yang cenderung menutup diri dengan alasan "ngapain ngurusin politik, toh gk mengubah apapun". Pemahaman yang salah, apalagi jika itu keluar dari mulut orang berpendidikan. Lalu sampai kapan kita menutup mata? Bukankah negara Indonesia merupakan negara bebas mengungkapkan pendapat?. Bayangkan jika semua rakyat Indonesia berpikir seperti itu, tentu apapun yang sedang terjadi tak akan yang peduli tapi ketika hal besar terjadi hanya bisa menyalahkan pemerintah. Iya pola pikir yang aneh, buat saya. Toh ketika kita bersuara artinya kita ikut berempati dengan apa yang terjadi ikut turut merasakan (walaupun dampaknya belum tentu terasa), lalu apa salahnya kita berempati?
Bayangkan, jika banyak manusia berpikiran "masalah pribadi" saja, akan berapa banyak manusia yang memupuk sikap egois? Memupuk kepentingan pribadi? Dan tak lagi mengambil pusing apapun yang ada disekitarnya. Coba deh, belajar menjadi pendengar bukan pendengar curahan hati sahabatmu saja tapi pendengar suara hatimu dengan apa yang terjadi dengan apa yang ada di sekitarmu, dan dengan apa yang membuat hidup ini terkesan "gini-gini aja". Memang, ketika kamu berbicara, ketika kamu bersuara mungkin tidak akan merubah apapun, setidaknya kamu bisa menjadi pribadi yang peka, toh perihal peka tak melulu tentang asmara.
Hidup dunia tidak hanya tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tapi hubungan manusia dengan manusia. Jika kamu mati-matian memperbaiki hubunganmu dengan Tuhanmu tapi kau biarkan hubungan dengan manusia berantakan bukankah itu tidak baik. Setidaknya keduanya harus jalan harus beriringan. Hubunganmu dengan Tuhanmu baik begitupula dengan manusia disekitarmu. Karena manusia tak lepas dari bantuan manusia lainnya. Begitu pula ketika kamu menyikapi hal yang sedang santer, apalagi itu menyangkut kepentingan orang banyak. Bukan dengan menutup diri dan seakan tak peduli. Lantas ketika pencapaianmu tidak goal kamu bisa dengan mudah menyalahkan orang disekitarmu. Miris.
Yuk jadi pribadi yang open mind, yang peka dengan apa yang terjadi di negeri sendiri, yang bisa berempati dengan apapun yang sedang terjadi, baik korupsi, bencana alam, kecelakaan, bahkan isu-isu yang sedang marak diberitakan. Jangan menjadi pribadi yang kuper, yang menutup diri dengan tidak mau peduli dengan alasan toh untuk apa ikut campur gk ada gunanya dan dampaknya. Hidup ini luas dan jangan kamu isi dengan urusan dapur pribadimu saja. Jika ingin mengerti pahami, jika tidak jangan menutup diri.
Maaf jika ada yang salah dengan tulisan kali ini, hanya curahan nurani yang tak ingin merugikan siapapun.
Komentar
Posting Komentar