Rumah (cinta) ku

Dua ribu enam belas.
Belum ada yang istimewa.
Tapi tidak dengan malam ini.
Rasanya ada hangat.
Memeluk kala hujan mulai jatuh.

Iya ini cerita hujan pertama.
Tentu kau tahu.
Tak ada yang berubah.
Sedikitpun.

Aku (masih) menjadi sosok.
Yang mencintai hujan.
Yang menikmati langit.
Dan.
Pengagummu.

Ah.
Baris bait terakhir tadi hanya candaan.
Tak perlu kau pikirkan.
Kau tentu lebih paham.

Aku tak akan (berani) memorak semuanya.
Lebih dari itu.
Aku tak (akan) sanggup.
Jika (harus) kehilangan tatapmu.

Seperti ini?
Dan akan terus begini?
Hahaha..
Tenang saja!
Bahagiamu prioritasku.
Dan (bukan) ambisiku.

Karena hujan.
Memberi efek berbeda.
Kadang aku merasa hangat.
Kadang kau merasa dingin.
Bahkan,
kadang kita tak merasa apapun.

Sudahlah.
Dua ribu enam belas.
Aku langkahkan (r)asaku.
Mencari rumah baru.
(Bukan) kamu,
Rumah (cinta) ku.

Renjana

5 Januari 2016

Komentar