Jika yang lain menanti pelangi,
tapi tidak denganku.
Meski ku tahu awan tak hitam,
ku menunggu hujan.
Sepenggal puisi bernada milik Rizky Nazar: Hujan ..
Bahkan sedari lagu berganti,
aku tetap bersua perihal hujan akan datang.
Aku,
seorang wanita pecandu hujan.
Seorang yang akan berlari kencang,
kala tirai alam menyentuh hamparan.
Hujan,
tak se-klise yang merumpikan.
Hujan,
tak sekedar pembawa berkah harapan.
Hujan,
tak melulu penuh lamunan masa silam.
Hujan,
berisi kontemplasi semantikal!
Hujan.
Tiba dengan hiasan beragam.
Ada yang hanya berupa rinai.
Ada yang menderu hingga ingin terpejam.
Ada yang disertai kamera alam.
Ada yang menghentak lalu terdiam.
Dan hujan,
tetap dengan petrichor yang menenangkan.
Hujan.
Menghadirkan impresi rupawan.
Siapa yang berlari meneduhkan.
Siapa yang acuh membiarkan.
Siapa yang menggrutu nanar.
Siapa yang menikmati lantas tersenyum riang.
Dan hujan,
tetap dengan dingin tapi dirindukan.
Hujan.
Menumbuhkan imajinasi aksara terekam.
Tak sesederhana itu.
Ada sapaan tuhan menyentuh bersama air segar.
Tak percaya?
"Lekas habiskan kentang goreng itu dan aku akan membuktikan, ada kehangatan di bawah tirai alam!"
Hujan.
Jangan dimaki tapi belajar memaknai.
22 Februari 2016
Komentar
Posting Komentar