Lukisan Frasa Kita

Teruntuk wanita berhijab, di Timur Pulau Jawa.

Hallo, perkenalkan seberkas lukisan frasa,
yang sebisa jua menyambung rasa.

Mungkin tak pernah terduga,
sebelumnya,
mengenal bahkan meramaikan.
Kercaci-kurcaci kata ini,
setiap hari.
Tak lengah berhenti.
Menggoreskan nadi demi nadi,
ungkapan yang tak mengerti,
apa yang dicari.

Jika ada peracik pasti ada pencicip.
Tak lupa, ada penyampai.
Sang penyampai, aku menyebutnya.
Tak lelah.
Selalu menyempatakan dalam celah.
Setumpuk rutinitas tak kalah.
Benar,
penghibur jiwa yang pasrah.

Sekali lagi.
Kurcaci-kurcaci kata.
Terlahir dari peracik yang berbeda.
Ada perihal bahagia.
Ada perihal cinta.
Ada perihal luka.
Ada perihal duka.
Ada perihal asa.
Ada perihal rasa.
Ada perihal cita.
Ada perihal aktivitas.
Ada perihal kandas.
Ada perihal rindu.
Ada perihal syahdu.
Ada perihal kamu.
Bahkan,
ada perihal tak termakna, apa maksudnya.

Sang penyampai.
Yang aku tahu,
tanpamu,
tak banyak yang tahu.
Tanpamu,
lukisan ini bisu.
Tanpamu,
tak berarti walau seribu,
seribu kata,
tanpa pembaca,
tanpa penilai,
tanpa penanggap, dari manusia-manusia sigap.

Sang penyampai.
Terimakasih.
Waktu yang telah kau luangkan.
Mata yang telah tajam menerjemahkan.
Tangan yang tak henti menyampaikan.
Suara semangat mengomentarkan.
Dan,
hati yang tulus menghanturkan.
Maaf jika kami, merepotkan.
Terimakasih.
Terimakasih.

Sang penyamai,
Kau tampak luar biasa.
Mengejar cita untuk tujuan mulia.
Mentari datang, kau pergi.
Mentari pulang, kau masih berjuang.
Berkelanjutan, sampai nanti, suatu hari.

Sang penyampai.
Sepadat apapun hari diri.
Luangkan perihal riang hati.
Jika lupa atau tak sempat bernyanyi.
Akan berdampak pada tubuh mini.

Sang penyampai.
Ini bukan akhir bukan?
Ini hanya yang disebut waktu.
Ini hanya yang berbatas tenggang.
Ini hanya, sesuatu yang katanya selesai.
Tapi tidak dengan kita, semoga.
Karena linimasa.
Selalu menyiapkan cerita.
Untuk selalu kita ungkapkan.
Meski tak ada acara tersampaikan.

Sekian lukisan ini.
Lukisan yang mungkin tak teratur.
Tapi jujur.
Ini dari hati tak terukur.
Semoga kita bisa saling bertutur.
Di waktu yang belum tahu kapan terhatur.
Di Pulau Jawa Bagian Timur.

.........................................................................

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan yang mungkin kan kau lupakan atau untuk dikenang.
(Jikustik: Untuk Dikenang)

Bernaung di Lampung, Februari 2016

Komentar

  1. Balasan
    1. Aku aja gak paham ini apa :D

      Ini postingan penutup project 30 hari menulis surat cinta itu hahaha..

      Hapus

Posting Komentar