Menjaga Tanpa Memaksa

Hay.
Maaf menggangu.
Apa kabar kamu?
Masih dengan rutinitas (r)asamu?

Aku hanya bagian dari sekian orang.
Tentu kamu tahu.
Aku ingin segala terbaik berpihak padamu.

Aku sudah lupa.
Kapan terakhir membuka jejaring sosialmu.
Kamu tentu paham.
Aku bukan penstalking handal.
Bahkan aku tak tahu.
Apa terakhir postinganmu.

Pun begitu.
Aku (tetap) menjagamu.
Lewat pemilik-Mu.
Percakapanku dengan Tuhanku.
Tentu terselip perihal kamu.
Ah.
Sudahlah.

Kalian pasti berpikir aku menyukainya?
Salah.
Aku bukan hanya menyukainya.
Tapi aku ...
Menyayanginya.
Menyayanginya.
Sebatas orang yang aku kenal.
Tak lebih.
Dan ..
Jangan (sampai) lebih.
Karena aku lebih menyayangi-Nya.

Aku kerap menjaga hatiku.
Layaknya seorang vedriti yang tak ingin terkena hujan.

Aku tetap menjaga hatiku.
Karena aku takut,
Jika penyempurna agamaku kelak bukan kamu.

Aku mantap menjaga hatiku.
Karena aku ingin semua baik-baik saja.

Barangkali kamu anggap aku bohong.
Perihal apa?
Perihal tulisan ini!
Kamu tak perlu banyak menduga.
Ini hanya rajutan frasa.
tak tahu mana yang bias mana yang biasa.
Yang perlu kamu tahu adalah.
Ada aku yang selalu mendoakanmu.
Meski di ujung jalan itu.
Bukan aku yang di samping lenganmu.

Menjaga tanpa memaksa.
Ialah doa.

03 Februari 2016
12.29 AM

Komentar