Perihal (tak) ma(u)mpu.

Hay.
Hari ini hujan menyapa (kembali)
Dengan waktu yang semakin pagi.
Alunan irama hujan dan aroma petrichor yang kau tentu tahu.
Aku (amat) menyukainya.

Setiap kali hujan menyapa.
Aku sempatkan membuat percakapan dengan-Nya.
Tentang semua (r)asaku.
Pun itu, tak terkecuali kau.

Aku tak (ingin) paham ini perihal apa.
Yang aku tahu, aku bahagia.
Mengenal kau.
Mengenal kau.
Dan.
(Semakin) mengenal kau.
Sederhana.
Dan tak (ingin) apa-apa.

Tak (pernah) ada percakapan antara kita.
Tapi yang (selalu) aku tahu.
Kau selalu mengawasiku.
Dari diam.
Dari jauh.
Dan dari caramu

Pun begitu.
Kau (slalu) tahu sepenggal ujung.
Tanpa aku berkata sebuah awal.
Kau (turut) membaca kala pikiran tak terberai.
Tanpa aku menuliskan sesuatupun
Dan.
Kau..
Perlahan.
Tak tergesa.
Menuntunku dengan cara (diam) kau.
Membuka mataku.
Membuka pola pikiranku.
Membuka keadaanku.
Tapi maaf.
(Tak) membuka hatiku.

Bukan jumawa.
Tapi ini perihal aku.
Aku yang tak ma(u)mpu.
Berdiri dan mendampingi kau.
(Masih) banyak di luar sana.
Yang sepadan.
Yang sejajar.
Yang setara.
Dan bukan aku.

Terima kasih.
Kepositifan yang kau torehkan.
Kekuatan yang kau sampaikan.
Ketulusan yang kau berikan.

Karena bahagia itu sederhana.
Melihat kau berjalan dengan semestinya.
Dengan pilihan yang sebaiknya.
Tanpa ada kesenjangan yang melanda.

Ini (bukan) perihal tidak ma(u)mpu.
Ini kisah yang tak mampu.

05 Februari 2016.
Penikmat hujan di pagi rindu.

Komentar

  1. Jadi ini semacam
    "Maaf, aku tak cukup baik untukmu"

    BalasHapus
  2. Perihal "kamu terlalu baik dan aku bukan apa-apa"

    Terimakasih sudah berkunjung ;)

    BalasHapus

Posting Komentar