![]() |
(Sumber Gambar: Linedeco.com) |
Cerita si pemilik senyum mata syahdu...
Rasanya kuping ini lama tak mendengar desisan kabarmu.
Entah sedang di dunia mana atau sudah terlampau bahagia,
lantas kau lupa ada aku yang menanti cerita.
Terang saja, semenit, sejam, sehari, bahkan berbulan!
Tak kudapati sebuah notifikasi, penghimbur hati.
Untuk urusan ini, perlu pengingat asas tahu diri.
Entah sedang di dunia mana atau sudah terlampau bahagia,
lantas kau lupa ada aku yang menanti cerita.
Terang saja, semenit, sejam, sehari, bahkan berbulan!
Tak kudapati sebuah notifikasi, penghimbur hati.
Untuk urusan ini, perlu pengingat asas tahu diri.
Rasanya tak mungkin jika kau tahu, perihal gemuruh di dada ragu.
Menolak? Lantas bagaimana ingin menolak jika pemiliknya saja tak mengerti bernama apa ini.
Jika hanya diam, siapa yang paham.
Lalu jika berbicara, apa ada yang terima?
Tentu tidak.
Semua beriringan, tak peduli, mencibir lari, bahkan lantas pergi.
Menolak? Lantas bagaimana ingin menolak jika pemiliknya saja tak mengerti bernama apa ini.
Jika hanya diam, siapa yang paham.
Lalu jika berbicara, apa ada yang terima?
Tentu tidak.
Semua beriringan, tak peduli, mencibir lari, bahkan lantas pergi.
Biasa berakhir bisa.
Penggambaran yang sesuai, untuk kita.
Biasanya, ada cerita setelah rutinitas raga.
Biasanya, ada keluh setelah menuai peluh.
Biasanya, ada tangis dibalik perasaan sinis.
Biasanya, ada lelah yang berakhir pasrah, dipelukku.
Bisa, bisa, dan jelas bisa, mencintaimu.
Penggambaran yang sesuai, untuk kita.
Biasanya, ada cerita setelah rutinitas raga.
Biasanya, ada keluh setelah menuai peluh.
Biasanya, ada tangis dibalik perasaan sinis.
Biasanya, ada lelah yang berakhir pasrah, dipelukku.
Bisa, bisa, dan jelas bisa, mencintaimu.
Semua ada, karena kita.
Tapi tidak dengan sekarang.
Sebuah pengakuan tawa.
Melanda gamang lalu hilang.
Tapi tidak dengan sekarang.
Sebuah pengakuan tawa.
Melanda gamang lalu hilang.
Kepada kaca,
Aku mengutuk diri.
Aku mencaci maki.
Aku merenggut hati.
Aku, menyesali diri.
Tak lantas mengubah situasi.
Pun, hingga dini hari.
Aku mengutuk diri.
Aku mencaci maki.
Aku merenggut hati.
Aku, menyesali diri.
Tak lantas mengubah situasi.
Pun, hingga dini hari.
Pundak ini, takkah kau rindu?
Ah,
Pikun mengapung.
Ada pundak yang lebih mendukung.
Tapi jangan linglung.
Jika nanti tangis tak terhitung.
Aku pernah beruntung.
Menghapus genangan mata bagian ujung.
Ah,
Pikun mengapung.
Ada pundak yang lebih mendukung.
Tapi jangan linglung.
Jika nanti tangis tak terhitung.
Aku pernah beruntung.
Menghapus genangan mata bagian ujung.
Kau perlu tahu.
Jika aku.
Tak selamanya ragu.
Kala hati telah lama menunggu.
Dan siapa yang akan merindu.
Jika aku.
Tak selamanya ragu.
Kala hati telah lama menunggu.
Dan siapa yang akan merindu.
Bila mana senja tak selamanya jingga.
Lampung, Februari 2016
Hati yang bimbang banyak merasakan kerinduan...
BalasHapusRindu akan lebih syahdu jika rasa tidam keliru...
Hapusuhuks :D
BalasHapusHaeyy dian, terimakasih sudah mampir :)
Hapuspenantian yang tak mendapatk balasan cinta membuat rindu semakin menggebu. ingin kusampaikan rindu ini namun takut kau tolak
BalasHapusSejatinya pengungkapan tanpa kecewa jika tak ada harapan di dalamnya :)
Hapus