Kenapa?

(Sumber Gambar: Koleksi Pribadi)

Kenapa kopi?
Kenapa hujan?

Aku diam.
Bukan berarti paham.

Mataku, matamu.
Tak bertemu.

Tapi doa.
Sesekali meminta.
Dua, tiga bahkan lima.
Sesering apa?
Seperti langit yang berada tepat di atasmu.
Meski tak sadar, tapi kamu tahu.

Kenapa kopi?
Kenapa hujan?

Pahit tapi candu.
Dingin namun rindu.

Kamu?
Penyamun ragu.

Kalian?
kontemplasi harapan.

Bandarlampung, 24 Maret 2016


Komentar