Sebuah Surat Jawaban (V)

(Sumber Gambar: Linedeco.com)


Entah, mengapa cuaca akhir-akhir ini nampak bersahabat dengan rasa malas. Iya, hujan di pagi hari yang membuat gravitasi kasur terasa lebib besar dari hari biasanya. Jangankan ingin bangun lantas mandi, membuka mata saja sepertinya adalah hal yang luar biasa sulit. Hal tersebut yang sedang dialami Gantan pagi di hari Minggu.  Sebenarnya Gantan hanya menjadikan hujan saat itu sebagai momet bermalas-malas, karena ada hal lain yang menyebabkan Gantan malas melakukan aktivitas seperti biasanya.

Dilihatnya berkali-kali layar handphone tapi tidak ada perubahan. Gantan berharap ada sebuah notifikasi dari sahabatnya, Nay. Rasanya Gantan ingin menghubungi Nay terlebih dahulu tetapi Gantan tak punya nyali sejauh itu. Seingat Gantan hari ini Nay ada beberapa project yang harus dikerjakan. Hal itu yang menjadikan Gantan enggan mengganggu Nay dengan curhat yang tak seberapa.
Langkah kaki halus terdengar mengarah ke kamar Gantan. Langkah yang Gantan sendiri susah hapal itu langkah siapa.

"Tan, sarapan dulu. Ibue udah buat sarapan nih lho."

Gantan melangkahkan kaki keluar kamar dengan muka yang sama sekali tak bertenaga. Gantan menuruni tangga secara perlahan tapi pasti menuju ruang makan bersama ibunya. Ayah Gantan yang saat itu sedang bekerja di luar kota membuat ia harus ekstra wajib menemani ibunya sarapan setiap hari.

"Nih lho sarapan dulu. Ibue udah goreng telor mata sapi setengah matang buat kamu." ujar ibu Gantan sembari mengambil nasi serta lauk yang sudah disediakan.

"Udah bu, jangan banyak-banyak Gantan lagi diet."

Ucapan Gantan langsung ditanggapi hangat oleh ibunya. Ibu Gantan sudah cukup paham jika Gantan sering melakukan diet rutin untuk menjaga bentuk tubuh agar tidak terlalu berisi.

"Tan, jadi gimana hubungan kamu sama Ralinka? Lanjut apa gak?"

"Hemmm.. Sejauh ini lanjut bue. Tapi, aku belum tau gimana Ralinka sama aku. Lha wong kemarin aku bilang aku suka dia malah belum jawab."

"Hemmm. Yowes kamu ajak jalan aja siapa tau hari ini mau jawab kan. Ndang dimaem sarapannya ibu mau buru-buru ke tempat pakdemu, jarene ada urusan penting."

Gantan mengangguk-angguk ucapan ibunya. Bagi Gantan ibunya adalah sosok utama dalam hidupnya. Walaupun terkadang bersifat berlebihan. Termasuk urusan pasangan dirinya. Isu LGBT yang berkembang secara kilat membuat orang tua Gantan menjatuhkan pilihan untuk mengenalkan pada sosok Ralinka, wanita yang selama beberapa minggu menghiasi hidupnya. Awalnya Gantan kekeh menolak hal tersebut, tapi melihat ibunya yang terus mendesak ia tidak tega. Hanya karena tidak pernah membawa wanita ke rumah, orang tua Gantan sudah berpikir terlalu jauh. Bahkan mengira anaknya tidak suka pada wanita manapun. Sebenarnya Gantan sudah pernah membawa wanita ke rumahnya, Nay. Seperti sebuah alasan belaka akhirnya Gantan menceritakan semuanya kepada ibunya bahwa ia dan Nay hanya sebatas sahabat. Tak Gantan sangka ibunya kecewa, karena orangtua Gantan menganggap Nay adalah calon wanita idaman.

"Sudah baik, pinter, dan jago masak. Lha kenapa kamu gak sama Nay aja tho le?"

Banyak yang salah paham dengan kedekatan ia dan Nay. Hanya karena chemistry mereka sangat kuat. Tapi Gantan adalah Gantan. Gantan tak mungkin mengubah perasaannya terhadap Nay, sebatas sahabat.

Ada kalanya yang kita lihat tak seperti yang nyata terjadi. Karena beberapa orang lebih dominan menggunakan mata bukan menggunakan mulut atau telinga untuk menilai sesuatu. Sebuah persepektif yang beraneka yang membuat kita siap mendengan penilaian dari orang di luar sana.

Tapi apapun, kita adalah kita. Kita adalah kaki yang kuat untuk mengartikan semuanya.
Kita punya dua telinga dan satu mulut, artinya kita diciptakan untuk banyak mendengar bukan banyak berbicara.

"Lin, hari ini aku ingin bertemu, nanti jam sepuluh aku susulin kamu ke rumah ya. Jangan lupa, dandan yang cantik :)."

...........................................................

Aku ingin kau tahu, kadang aku menyusahkan. (Kahitna: Bidadari Tak Bersayap)

To be continued ..

Cerita sebelumnya klik ini

Komentar

  1. Sebenarnya bukan karena isu LGBT, tapi ortu ingin menimang cucu... hehehe

    BalasHapus
  2. Wkwkkwkw itu realita yg sesungguhnya ya,Mbk :D

    BalasHapus

Posting Komentar