![]() |
(sumber Gambar: Linedeco.com) |
Katanya rasa cinta perlu diperjuangkan, lalu memperjuangan cinta yang mengenal saja belum setahun apa bisa dibilang cinta. Ah, apapun itu tekat Gatan malam sudah bulat, ingin menyatakan perasaannya kepada wanita yang selama ini dekat dengannya, Ralinka. Gantan percaya bahwa seorang laki-laki harus berani mengambil resiko apapun, tak terkecuali resiko jika ia ditolak secara langsung oleh Ralinka.
Gantan tampak sibuk mempersiapkan apa yang pantas ia kenakan, kemeja biru muda dengan lengan digulung hingga siku, lalu celana jins hitam yang bawahnya tidak ketat dan juga tidak cutbrai, kemudian jam tangan warna hitam yang menghiasi tangan kirinya. Rambut menjadi bagian yang tak terlewatkan olehnya, ditat sedemikian rupa agar wajah orientalnya memancar ketampaan secara maksimal. Terakhir Ganta menyemprotkan parfum aroma D&G ke seluruh tubuhnya. Sejak bangku SMP Gantan tidak pernah mengganti parfum yang ia kenakan. Menurutnya aroma parfum ini telah menjadi cir khas dirinya dan wanginya tidak terlalu menyengat. Wajar saja, Gantan tidak bisa terlalu intens mencium aroma parfum yang terlalu keras, jika terpaksa parfumnya habis, ia lebih memilih mengenakan Gatsby Musky Splash Colone.
“Bu, Gantan udah ganteng belum?” tanya Gantan sambil berdiri di depan ibunya.
“Lha anak ibue mah yo ngganteng, kamu mau ngajak keluar Ralinka le?”
“Iya bu, tadi udah dihubungin, nanti jam tujuh Gantan jemput dia bu.”
“lha yowes hati-hati wae le, bue donga’ke lancar. Titip salam untuk Ralinka.”
“Siap bu!” ujar Gantan sambil mencium punggung tangan ibunya.
Gantan lekas mengeluarkan sebuah Honda Mobilio berwarna putih. Ia pun mengendarai dengan kecepatan sedang. Tak butuh waktu lama, Gantan sudah sampai di depan rumah Ralinka, di bilangan Perumahan Villa Citra. “Pukul 06.47 WIB, syukurlah aku tidak telat.” gumam Gantan dalam hati. Gantan lekas masuk ke rumah yang nuansanya elegan. Secara tidak sengaja Gantan mendapati Papanya Ralinka sedang ada di beranda rumah.
“Assalammualaikum om.” ujar Gantan sambil mencium punggung tangan om Pahar, papanya Ralinka.
“Waalaikumsalam nak Gantan, jemput Ralinka kan.”
“Iya om, Ralinkanya sudah siap om?”
“Sudah dari tadi, lagi naik ke kamar ngambil tas katanya tadi. Linka, ini nak Gantan udah sampe lho.” ujar om Pahar sambil memanggil anak kesayanagnnya.
Ganta hanya tersenyum menanggapi om Pahar yang disusul oleh kemunculan Ralinka di depan pintu.
“Eh udah sampe, mau masuk dulu atau langsung pergi?” suara Ralinka yang membuyarkan lamunanku sesaat.
“Langsung aja Lin, nanti kemaleman pulangnya gak enak sama papa kamu.”
“Ah, nak Gantan, om percaya sama kamu pokoknya soal Linka.”
Gantan kembali tersenyum menyambut perkataan om Pahar. Dan seketika itu Gantan langsung berpamitan kemudian membukakan pintu mobil untuk Ralinka. Sepanjang perjalanan Gantan dan ralinka tak banyak berinteraksi. Hanya sesekali Gantan mencuri-curi padangan ke wajah Ralinka yang malam ini terlihat sangat anggun. Dengan dress berwarna pink soft dan rambut panjang yang sisi kanannya diselipkan di telinga menambah keanggunan Ralinka malam ini. Ralinka dan Gantan sudah memasuki salah satu restoran berkelas di Bandarlampung. diiringi nuansa romantis gantan dan Ralinka berjalan menuju kursi yang telah dipesan Gantan tadi siang. Gantan menggeser kursi dan mempersilakan Ralinka untuk duduk. Aroma parfum Ralinka seketika menyeruak hidung Gantan.
“Kamu wangi banget Lin.” bisik Gantan yang membuat Ralinka tersenyum malu. Mereka memesan makanan yang sama, tak banyak kata yang dikeluarkan oleh Ralinka maupun Gantan ketika sedang menyantap hidangannya. Secara tidak langsung Gantan dan Ralinka menikmati alunan lagu klasik yang sedang diputar. Gantan rupanya tak lantas fokus dengan makanannya, ia justru terlihat sesekali memandang Ralinka. Ralinka yang sadar hal itu membiarkan dan berpura-pura tidak tahu.
Ralinka kini sudah menyelesaikan makan malamnya, begitupun dengan Gantan. Ralinka sesekali menengok handphonenya dan Gantan justru asik mengikuti lirik lagu yang sedang diputar.
“Lin, menurutmu aku ganteng gak?” Tanya Gantan yang membuat Ralinka tersedak walau sedang tidak makan ataupun minum kala itu.
“Pertanyaanmu itu lho Tan, aneh.” Jawab Ralinka sambil tertawa kecil.
“Ah, aku maunya kamu langsung jawab. Ganteng gak hayooo?” ujar Gantan sambil memainkan kedua alisnya. Mendengar hal itu Ralinka lantas menyubit tangan Gantan yang diikuti Gantan meringis kesakitan. Banyak obrolan yang telah mengakrabkan gantan dan Ralinka malam itu. Bahkan Gantan tak segan mengacak-acak rambut Ralinka ketika sedang bercanda. Gantan berulang kali melihat jam tangannya yang maish menujukan jam Sembilan malam. Ralinka sempat menangkap rona gelisah di wajah Gantan.
“Kamu kenapa Tan? Udah ingin pulang? Kok kayanya gelisah banget.”
“Nggggggg, aku cuma mau ngasih ini Lin.” ujar Gantan seraya memberikan sebuha novel kepada Ralinka.
“Wah, kamu ngasih aku novel? Makasih lho Tan. Eh ini apa?” tanya Ralinka sambil memegang sticky note yang ada di atas novel tersebut.
“Buka aja.”
Hay manis.
Setelah kamu terima novel ini aku punya pertanyaan.
Apakah kamu mau berjuang bersamaku untuk sebuah masa depan yang indah?
Gantan.
Ralinka sesaat tak bergeming sedikitpun seraya menatap Gantan. Ia terlihat bingung harus bagaimana, tetapi rona kebahagiaan tentu tak dapat disembunyikan dari wajahnya. Gantan lantas memegang tangan Ralinka belum memberikan komentar apapun tentang tulisan yang ada di sticky note tersebut. Gantan tersenyum dan menatap mata Ralinka dengan lekatnya.
“Hey, kamu diem aja. Kok pertanyaan aku gak dijawab? Susah ya?” tanya Gantan sembari masih mencengkram kedua tangan Ralinka secara lembut.
Ralinka tidak menjawab perkataan Gantan, Ia hanya mengangguk kecil, mengisyaratkan suatu hal kepada Gantan. Gantan memaknai anggukan itu seksama dan akhirnya gantan mengerti maksud anggukan ralinka.
“Terimakasih kamu mau memberika aku kesempatan untuk berjuang Lin.” ujar Gantan yang hendak mendaratkan kecupan pertamanya di kening Ralinka. Secara tiba-tiba suara nada dering Techno Ring mengagetkan Ralinka dan Gantan. Saat itu juga Ralinka membuka pesan di handphonenya. “Sial, baru mau cium udah gagal.” gerutu Gantan dalam hati.
Tak banyak basa-basi dari Ralinka setelah membalas sebuah pesan yang ada baru saja diterima. Ralinka sadar jika Gantan sedikit kesal dengan pesan yang secara tiba-tiba masuk ke handphonenya.
“Ini sms dari Nova, sahabat aku nanya aku lagi sama siapa.” jelas Ralinka kepada Gantan.
“Iya gak apa-apa kok, yang penting dari cewe kan.” ujar Gantan sambil mencubit dagu Ralinka.
Gantan lalu mengajak ralinka sekaligus mengantarnya. Gantan sadar sudah semakin malam dan Ia mempunyai tanggung jawab untuk mengantarkan Ralinka pulang, toh pulang terlalu malam tidak baik. Hal itu yang selalu Gantan pegang dalam benaknya ketika membawa seorang wanita keluar bersamanya. Gantan berjalan menuju mobil sambil menggandeng tangan Ralinka. Meskipun terlihat kaku tapi Gantan tidak malu melakukan hal ini di depan khalayak ramai, sebuah restoran.
Tak butuh waktu lama untuk Gantan mengantar Ralinka. Sepanjang perjalanan Gantan dan Ralinka membicarakan hal yang tidak jelas tujuanya hanya untuk lelucon. Gantan sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah Ralinka. seketika Gantan turun dan Membukakan pintu mobilnya untuk Ralinka.
“Aku gak mampir ya gak enak. Salam sama papa kamu, maaf udah mulangin anaknya kemaleman.”
“Iya gak apa, kamu hati-hati jangan ugal-ugalan bawa mobilnya. Kabarin kalo udah sampe rumah”
Gantan mengangguk dan lalu mencium kening Ralinka. “Yess, akhirnya bisa cium juga.” gumam Gantan dalam hati. Gantan lalu pergi meninggalkan rumah Ralinka. perasaannya amat bahagia. Gantan tak sabar ingin memberi tahu ibunya perihal mala mini bersama Ralinka. Gantan berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakan ibunya, termasuk menerima permintaan ibunya untuk menjalani pendekatan dengan Ralinka.
Gantan berharap ini adalah langkah baru dari semua langkah yang sudah dilewati sebelumnya. Bahkan Gantan tak sabar ingin lekas menceritakan hal ini kepada Nay, sahabatnya. Nay harus tahu langkah yang baru saja Ia ambil. Sebuah langkah yang kelak ke depannya akan menjadi batu pijakan baru bersama Ralinka. Nay tidak boleh melewatkan satu ceritapun di hidup Gantan. Gantan merasa bahagia telah berhasil memiliki seorang Ralinka, walau baru beberapa jam saja. Setidaknya ada waita lain di hidupnya kecuali ibu dan sahabatnya.
Gantan sadar, dalam kehidupan selalu ada babak cerita baru yang akan dimulai. Cerita yang akan banyak sub-sub cerita kecil di dalamnya. Dan malam ini, Gantan sedang memulai menulis cerita dirinya bersama Ralinka. Cerita yang kelak akan berakhir bahagia bagaiamanapun perjalanannya, bahagia, sedih, kecewa, dan apapun itu. Sebuah hubungan bukan saja perihal rasa cinta dan sayang tapi ada rasa melengkapi satu dengan yang lainnya. Jika hubungan hanya bertumpu pada sayang dan tidak menghiraukan hal lainnya tentu tidak baik.
“Aku akan berusaha semampu dan sekuatku menuju hidup yang lebih indah bersamamu, Lin. Semoga Tuhan merestui langkah awal kita. Langkah di mana akan banyak perkenalan-perkenalan kecil yang lebih mendalam perihal kita. Dan aku percaya kamu tentu mau menjaalankannya bersamaku. Optimis? Iya, aku selalu optimis jika tentang kita.”
Gantan.
…………………
Kusadar ku tak punya apa-apa selain berbenah karena rasa cinta.
Kuakui padamu tak berdaya hatiku menyerah.
(Arda dan Tantri: Pelabuhan Terakhir)
To be Continued ….
Cerita sebelumnya klik di sini
Komentar
Posting Komentar