Sebuah Perjalanan

Berubah atau kamu menjadi sampah.

Seperti itu kira-kira pernyataan seorang teman yang terus terngiang dalam benak aku sekitar dua tahun silam. Iya, masa di mana aku mulai mengalami berbagai macam kontemplasi dalam hidup. Semua berawal dari kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diselenggarakan oleh pihak kampus. “Siapapun yang ditempatkan pada wilayah terpencil wajib mengenakan hijab.” Bagai tersengat listrik mendengar pernyataan tersebut. Entah, segala rasa yang mulai tak karuan menyeruak secara liar. Bahkan, kala itu aku  sempat beranggapan bahwa Tuhan tak adil kenapa menempatkan aku di wilayah yang, hah,sangat jauh dari hingar-bingar perkotaan. Tak lama dari pengumuman penempatan, setiap kelompok harus berkumpul dan mendiskusikan apa yang diperlukan dan wow, dari sekian wanita di kelompok hanya aku yang tak mengenakan hijab, bahkan aku ketika harus berfoto bersama pun aku hanya satu-satunya yang tak mengenakan hijab. Sebuah pukulan yang sebenarnya amat berat pada saat itu, bahkan aku sempat menangis tak terima kenapa aku harus menerima kelompok dan lokasi yang mewajibkan berhijab.

Terus menyalahkan keadaan tak ada mengubah apapun, aku mulai bisa menerima peraturan kampus yang agak nyeleneh dan aku terus menyemangati diriku sendiri, “Tenang Ka, cuma tiga bula kok, abis itu kan enggak pake, di kampus ya enggak pake gak apa.” Begitulah yang aku sugestikan kepada diriku sendiri agar bisa menerima apapun yang akan terjadi ke depanya. Semua berjalan lancar, hingga tibalah di sebuah desa jauh dari gemerlap perkotaan. Desa yang tepat berada di atas bukit, dengan kondisi jalan tanah merah, sinyal terbilang sulit, dan listrik yang hanya mengandalkan kincir air (iya, untuk menghidupkan laptop perlu bergantian, atau “tep”, listrik tidak kuat). Kelompok kami terdiri dari sepuluh orang, empat laki-laki dan sisanya perempuan yang tinggal di sebuah rumah kosong yang sengaja dikontrakan untuk kami. Iya kami tinggal bersepuluh tanpa induk semang. Beruntung, aku mendapatkan anggota kelompok yang terbilang “bagus” dari segala sisi, pergaulan, agama, dan ilmunya. Aku lantas berkata kepada salah satu teman, “Ini pake hijab punya pas di luar aja kan? Di rumah enggak pake enggak apa-apa lho.” Sejak saat itu aku hanya mengenakan hijab ketika ingin keluar mengajar atau ada kegiatan di desa tersebut.

Tiga bulan, aku banyak belajar dari kelompok yang sekarang jika aku mengingatnya aku amat rindu. Kelompok tersebut aku memunyai dua orang yang selalu mengingatkanku pada kebaikan. Mengubah pola pikirku yang terkesan “arogan” dan jauh dari kata lembut. Banyak, banyak hal yang aku pelajari dari sana. Bukan hanya ilmu, tapi cara bersikap, aku secara tak sadar mengalami perubahan yang lumayan drastis. Tiga bulan pun berlalu, kami sudah harus kembali pada rutinitas masing-masing. Dan sebelum kami kembali ada salah seorang teman bertanya, “Jadi pake hijabnya lanjut apa enggak nih?” Aku terdiam, berpikir seribu kali untuk mempertimbangkan semuanya. Hingga aku menjawab dengan anggukan pelan. Hah! Apa-apaan, Ika yang ketika hendak berangkat KKN nangis karena diharuskan berhijab kenapa pulang dari sini malah memutuskan untuk berhijab. Jawabannya simple, semua akan berubah pada waktunya. Pernah ketika aku sedang uring-uringan aku lantas berkata, “Dosa gue apa, sial amat hari ini.” “Dosa lo enggak nutup aurat di depan gue.” jawab seorang teman yang lantas membuat kutersedak. Tapi dari jawaban itu aku jadi mulai berpikir, oh mungkin sudah saatnya aku berubah.

KKN sudah lewat, dan semua sudah kembali ke dunia masing-masing. Di kampus aku sudah sedikit berubah (kata beberapa orang teman). Ika yang dulu suka marah-marah dan mengeluarkan kata kotor sekarang hanya menghela nafas jika emosi sudah tak karuan. Ika yang mudah galau kini lebih menyibukan diri pada hal yang bermanfaat, dan Ika yang katanya seksi (ini katanya, aku tak pernah merasaseperti itu hahaha) sudah berhijab. Bahkan lebih dari itu, aku menghapus lagu-lagu yang bisa membawa galau dan aku ganti dengan lagu semangat positif. Ternyata dari hal kecil bisa mengubah segalanya. Manfaat mengubah lagu yang didengarkan ternyata membawa efek yang sangat luar biasa terhadap pola pikir kita. Aku juga jadi jarang bergosip untuk hal yang tidak penting, ini serius entah kenapa aku jadi malas membicarakan hal yang tak penting seperti mengumbar kejelekan orang lain (eh kalian jangan salah paham, aku berhijab biasa kok, masih pake jins dan jilbab model-model itu :D).
Setelah beberapa waktu aku mencoba mengganti foto profile social mediaku menjadi foto yang menganakan hijab, iya semua aku lakukan secara perlahan. Aku mulai belajar berbinis kecil-kecilan bersama beberapa teman yang awalnya bukan teman dekatku. Iya, aku mencoba keluar dari zona nyamanku. Karena rutinitas yang lumayan padat bersama mereka secara tak sadar kehilangan sahabat-sahabatku sebelumnya, entahlah siapa yang salah tapi aku selalu berpikir positif mungkin sudah waktunya. Diterima secara baik oleh teman-teman baru yang awalnya aku tidak dekat dengan mereka adalah hal luar biasa. Mereka mau menerimaku dan segala sifat yang sedang aku perbaiki. Ya, walaupun dalam hati mungkin aku menangis, di saat aku sudah bebenah diri aku justru kehilangan orang yang dari awal masuk kuliah selalu menemanimu. Aku tak lantas putus asa dan menganggap semua sudah jalan Tuhan untuk aku lalui. Aku kerap bercerita dengan dua orang sahabatku yang aku kenal ketika KKN dahulu, mereka mensupportku secara baik, hingga saat ini.

Berbicara masalah pasangan, entah justru aku sekarang belum terpikirkan masalah itu. Rasanya hanya sia-sia ketika kita menghabiskan waktu dengan orang yang salah. Atas motivasi dari sahabat-sahabatku dan buku yang selalu aku baca (dari dulu memang hobi membaca apapun), aku justru berpikir harus terus memperbaiki diri dan segala kualitasnya. Jodoh itu pantasan diri tapi ingat pantaskan diri bukan karena jodoh tapi karena Tuhan. Begitulah kira-kira, jika aku aku mulai jenuh aku kembali mengingat tujuan awalku, memperbaiki diri semaksimal mungkin.

Sebuah perjalanan yang tak mudah, bahkan aku sempat berpikir, “Apa aku harus kembali seperti dulu.” Tapi ternyata jawabannya tidak. Setiap kehidupan semua ada masanya. Aku sempat sedih ketika membuka salah satu media social yang di dalamnya tedapat omongan negative untuk salah satu artis yang kini sudah berhijrah, “Sekarang alim, dulu mah pacaran dan hobi main dan ini itu.” Glekkkk, apa orang yang berusaha baik tak boleh punya masa lalu yang bisa dibilang buruk. Apa orang yang dulunya buruk tak boleh berubah untuk hidup yang lebih baik. Pada zaman aku hidup sekarang ini bayak penghakiman sepihak tanpa turut merasakan. Entahlah, setiap jiwa mempunyai tujuan dan pola pikir yang berbeda, dan aku turut berdoa semoga mereka lekas sadar atas kekeliruannya. Lebih baik terlambat dari pada tidak.

Untuk sahabat yang kini kita sudah semakin jauh, aku hanya bisa meminta maaf melalui tulisan ini karena menjelaskan apapun tak akan mengubah segalanya. Maaf jika perjalanan kita hanya bisa sebatas ini, tapi aku yakin segala yang kita lewati tak akan pernah sirna.

Untuk teman-teman kelompokku selama KKN, terima kasih. Terima kasih kalian sudah memberikan aku pelajaran yang luar biasa banyak dari hal kecil hingga hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Untuk sahabat-sahabatku yang mulai aku kenal lebih dalam semenjak semester akhir, kalian hebat. Jika dulu aku tak pernah berpikir untuk lebih dekat dan menyelami dunia bersama kalian kini aku tumbuh dan belajar banyak dari kalian. Mau menerima aku yang masih dalam kekurangan ini dan sabar menghadapi sifat yang terkadang sok bijak (ala Mario Teguh). Kita menguat bersama, dalam segala keadaan. Menggila dan mencoba membuat lelucon konyol hanya untuk mengartikan kebahagiaan yang sesungguhnya. Tetap menjadi sahabat yang terus berkembang dalam segala hal. Tetap kuat menghadapi segala yang menguji kalian. Apapun terima Kasih.

Untuk kedua sahabatku yang aku kenal lewat KKN, sulit aku ungkapkan bagaimana bahagianya bisa mengenal dan memiliki sahabat sekalian. Bahkan kalian terhitung jarang memberi masukan yang menyenangkan hati. Tamparan demi tamparan selalu mendarat di hati ini demi perubahan yang lebih baik lagi. Bahkan sebenarnya kita jarang komunikasi, iya sekali bertemu bercerita banyak hal dan mencari solusi yang baik. Sahabat bukan orang yang selalu member senyum dan membahagiakan tetapi perlu menampar agar kita bisa lebih baik lagi, dan kalian salah satunya.

Tak luput aku turut berterimakasih kepada orang tua dan Tuhan. Aku sadar ini sebuah perjalanan yang  nantinya berujung indah yang tuhan siapkan untuk aku. Dengan awal yang sulit tapi banyak kekuatan yang turut membantu di dalamnya. Aku selalu bersyukur lahir dari kedua orang tua yang kuat menghadapi anak yang belum bisa dibanggakan ini.

Oiya aku juga turut berterimakasih karena sudah diajak bergabung dalam salah satu grup blogger. Aku banyak mengenal orag baru dan mengajarkan aku banyak hal. Iya, teman dunia maya yang berjumpa saja belum pernah tapi banyak memberikan ilmu yang tidak aku dapatkan dari sekelilingku. Grup yang setiap hari berbunyi dan ada cerita-cerita unik di dalamnya. Aku banyak belajar dari kalian, ya kalian masuk dalam perbaikan-perbaikan hidup aku. Semoga kalian masih mau berbagi ilmu denganku yang masih seperti butiran debu ini (agak lebay ya hahaha).

Untuk kalian yang membaca ini, dalam kehidupan kita tentu akan melewatiu fase yang amat sulit. Mungkin kita pernah merasa depresi dan tak tahu harus berbuat apa, tapi percayalah kekuatan itu adanya hanya dalam diri kita sendiri. Kita yang tahu harus bagaimana membawa kehidupan kita di kemudian hari. Iya hanya kita dan restu Tuhan tentunya. Dua tahun aku mulai semuanya dari awal dan semoga berbuah manis dikemudian hari, aamiin. Sebuah perjalanan panjang yang tidak dapat aku jabarkan semuanya. Masih-masih banyak hal yang tidak aku ceritaka, tapi satu hal jika kita ingin berubah semua dimulai dari hati bukan karena paksaan. Berubah menjadi lebih baik atau kita hanya akan menjadi sampah yang siap dibuang atau tidak diharapkan. Tak ada niat mengumbar apapun, aku hanya ingin berbagi cerita yang sarat akan makna di dalamnya. 

Hidup hanya sekali, jangan sampai kita menyesal di kemudian hari.

Salam,

Wanita yang masih berusaha lebih baik lagi.


Bandarlampung, 05 April 2016.

Komentar

  1. Hallo kak. Maaf ni, baru sempet mampir dan nimbrung di blogmu. Maklum lagi sibuk sama project baru. *halah, sok sibuk lo Pangeran.*

    Oke.. Ngebaca ini aku jadi kangen banget masa KKN kemaren, masa di mana yg gue pikirkan gak seburuk yg terjadi. Awalnya gue juga ngeluh ka. "Kenapa sih, harus di tempat kek gini?" Tapi, gue belajar dari keadaan itu dan bahkan tak ingin pulang rasannya.

    Btw, tentang perjalananmu memperbaiki sikap, prilaku, dan membuat pilihan itu, gue acungi 4 jempol (yg 2 lagi minjem punyamu) Serius, banyak orang yg pengen bisa seperti dirimu ka, tapi banyak juga yg cuman betah hitungan bulan saja.

    Gue berharap Tika terus bisa jadi yg terbaik buat hidupmu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa kkn memang masa yang mengesankan jika dapet tempat yang antimainstream :D

      Eh project cerita heru dan arya itu bukan sih daku sudah baca :D

      Wahh aamiin :))

      Hapus
  2. Alhamdulillah..barakallah semoga tetap iatikomah ya. Allah selalu banyak cara utk menyampaikan hidayahNya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Kak, semoga kita selalu berada di bawah ridho-Nya :)

      Hapus
  3. hidup cuma sekali dan waktu ngga bisa mengulang jadi pergunakan sebaik mungkin jangan sampai salah jalan ya kak.

    BalasHapus
  4. Hidup ini cuma berlangsung satu kali, kalo berlangsung berkali-kali namanya bukan hidup tapi cuplikan drama.

    Perihal mau jadi sampah atau jadi apa, tau kah jika sampah pun masih ada nilainya? COba tanyakan pada pemulung :))
    Semua kembali pada pilihan, pilihan untuk menjadi sesuatu yang berguna atau tidak berguna

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo cuplikan drama korea mah bagus Fan :D

      Hidup itu tentang dua dan satu, dua pilihan dan satu terpilih. Apapun, setiap memilih pasti ada resiko. Mau milih pevita apa tyas mirasih itu juga pilihan hahaha

      Hapus
  5. Subhanallah :)) prosesmu menuju jalan yang benar begitu ya :') yaaah, terus pertahankan dan tetap istiqomah untuk sesuatu yang lebih baik ya :)

    Kamu hebat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum hebat, masih jauh :D

      Semua yang baik pasti akan ada jalannya juga kok, terima kasih :D

      Hapus
  6. Hmm semangat mbak pasti akan lebih muatappp kok.

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah mbak, semangat deh hehehe

    aku juga maunya pake jilbab, tapi aku cowok wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lhaaa kalo cowo mah jilbabnya beda *lhaaa wkwkwkkwkw

      Hapus
  8. Selamat ya.... perjalanan yang luar biasa.
    Ehm... asyik dengan teman baru, yang lama bagaimana? Tetap teman kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmmmm...
      Ku tak pandai menjaga, Mbk :")

      Bahkan bertegur pun segan, sekarang :"

      Hapus
  9. Semakin cantik Mbak. Semoga istiqomah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh, terima kasih.

      Semoga kita termasuk golongan istiqomah :))

      Hapus
  10. Alhamdulillah, semoga tetap istiqomah ya mbak ^^
    aku sudah berjilbab dari lama tapi sifatku masih gini-gini aja, duh. Makasih juga atas tulisannya mbak. Inspiratif (y)

    BalasHapus
  11. So sweet... sebuah ungkapan dari rasa persahabatan yang dalam.. semoga kalian tetap menjalin silturahmi ya

    BalasHapus
  12. jadi keinget waktu KKN, dulu di perkebunan tebu di bawah gunung kawi. akunya jarang ke kebun tebu malah sering ke gunung kawi hehehehe

    BalasHapus

Posting Komentar