Kenangan dan Banyak Kepala

 Sepertinya isi kepala akan sejenak pergi ketika kita berbicara perihal kenangan. Itu sebabnya, kuluangkan waktu agar apa yang menurutku berkesan bisa terbaca dengan baik.

Aku melalui masa kecil bisa dibilang; amat baik. Tumbuh dengan keadaan yang apapun kau mau mungkin bisa. Masih bisa kuingat jelas ketika umurku empat tahun nyaris setiap dua minggu sekali aku dan orang tuaku pergi ke mall untuk membeli baju dan semua kebutuhan lainnya. Pada saat itu, mungkin tak semua orang bisa merasakan hal demikian. Dulu, setiap sore aku selalu meminta belikan jajanan dan minuman yang tak sedikit. Lahir sebagai anak yang mudah sakit tentu lebih mudah mendapatkan apa yang dimau, bukan. Masih terbayang jelas aku pernah nyaris hilang di sebuah mall karena menggenggam tangan orang lain yang bukan orang tuaku. Aku bingung sejadi-jadinya ketika menyadari orang disebelahku bukan orang tuaku. Sayangnya, aku lupa bagaimana aku bisa kembali ke orang tuaku.

Setiap sebulan sekali, aku akan diajak pergi oleh ayahku ke rumah temannya dengan menggendarai sepeda yang di tahun itu harganya tentu tak murah. Cara unik ayah agar aku tidak terjatuh/ tertidur saat naik sepeda adalah mengingat kaki di bagian sepeda. Tidak masuk akal, tapi aku tertawa saat mengingat itu. entah berapa banyak jumlah makanan serta permen yang aku dapatkan ketika berkunjung ke rumah rekan kerjanya. Aku bahagia saat itu. bahkan, ketika aku dan ayah pulang ke rumah ibu sudah menungguku di rumah dengan wajah cemas sebab sudah larut malam.

Anak perempuan kecil itu memiliki banyak boneka yang didapatkan dari adik-adik ayah atau secara sengaja ayah membelikannya padaku. Bahkan, aku masih menyimpan satu boneka yang kumiliki pertama kali saat aku kecil. Boneka Susan, kalian yang seumuranku pasti tahu boneka ini. Rutinitas ayah yang rapi saat ingin berangkat kerja pun tak kalah terekam di kepalaku; memakai kemeja dan dasi yang membuatku ingin ikut ayah untuk berkerja. Tak jarang, ayah harus bersembunyi ketika berangkat kerja agar aku tidak menangis untuk ikut.

Sebulan sekali, saat usia memasuki enam tahun aku akan pergi bersama keluargaku untuk jalan-jalan atau sekadar makan di luar. Tentu, bersama dengan keluarga teman ayahku. Tempat yang masih kuingat saat kukunjungi adalah air terjun yang berbentuk bendungan. Aku bersama anak kecil laki-laki bernama Anton bermain di sana. Konyolnya, anak kecil itu menangis karena ingin buang air besar di tempat tersebut. Ah, ingatanku masih baik. Terima kasih telah memberi anak perempuanmu ini kenangan yang manisnya tak bisa dijelaskan.

Masa kecil yang bisa dibilang beruntung dan aku sangat mencintai itu. Namun, semua tak bertahan lama, semua berubah pun gaya hidup berubah. Aku tak lagi gaya hidup seperti itu. Bukan, bukan keluargaku mengalami broken home tapi ada hal-hal yang memang lebih baik disimpan sendiri. Lucu saat mengingat dulu aku melewati masa kecil dengan aroma mall dan saat remaja justru aku tak mengenal sama sekali aroma itu. Kenangan manis ini akan selalu kusimpan dan akan terus melekat dan akan kuceritakan kepada anak-anakku kelak bahwa ibunya sudah melewati segala fase kehidupan. Yakinku, mereka harus bangga memiliki aku.

Selain masa kecil, aku tak bisa menjelaskan kenangan mana yang bisa aku ceritakan. Sebab, rasanya orang akan menilai biasa saja. Aku memiliki teman-teman layaknya orang-orang kebanyakan.

Cerita masa kuliah saat menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) salah satu dari sekian hal yang melekat. Aku dipertemukan dengan teman-teman yang luar biasa dan sangat beragam. Bahkan, aku mengenal satu teman yang darinya aku bisa mengubah pola pikirku meski tidak seluruhnya. Hanya saja, aku jadi memiliki sisi lain dalam memandang sesuatu. Itu sebabnya, jika aku terus berkembang dan tetap ingin memperbaiki diri salah satunya karena ingat nasihat-nasihat dia. Terima kasih kepada Tuhan lebih-lebih karena telah mengirimkan satu teman yang sangat berarti dan bermanfaat untuk aku. Rasanya, aku ingin bertemu dengan anak lucunya yang sampai sekarang belum pernah aku temui. Jadi anak hebat nak, semoga lekas kumenyusul supaya bisa punya yang lucu juga. Hahaha “Cariin jodohnya dulu woi, udah ‘kurus’ nih!”

Masa-masa kuliah, kuisi dengan bercengkrama dengan teman-teman wanita yang jika kuceritakan takkan cukup lima lembar. Kita hebat, telah melalui fase-fase yang tak mudah. Jika sekarang intensitas berkurang, yakinlah bukan karena aku tak menyayangi kalian. Hanya saja, waktu atau hal-hal yang sudah tak memungkinkan. Itu sebabnya, terkadang banyak hal yang sebenarnya sering aku rindukan. Terkadang jarak bukan karena rasa yang tak lagi melekat; hanya keadaan yang berubahnya tak bisa disekat. Aku sayang kalian!

Beberapa teman dekatku yang lain tercipta dari kenangan saat kali pertama aku berkerja di sekolah swasta di kotaku. Bahkan selain rekan kerja yang menjadi sahabatku, beberapa murid-murid yang nakal kini menjadi orang-orang terdekatku. Ah, aku rasa kalian membaca ini. Dari kalian, kuciptakan kenangan yang pelajarannya takkan pernah habis. Terima kasih telah menjadi bagian dari kenangan yang aku sendiri tak bisa membayangkan mengapa kita jadi bisa sedekat ini. Terima kasih sudah terus berada di sisi; meski rungsingnya isi kepala tak bisa dimengerti. Terus menjadi orang baik!

Menyelesaikan kuliah dengan dibantu teman hebat menjadi sebuah kenangan yang mungkin biasa tapi buatku sosoknya istimewa. Wanita yang hidupnya agak sulit dimengerti. Wanita yang isi kepalaku dengan dia sebenarnya tidak jauh berbeda. Wanita yang mimpinya saat ini sama dengan denganku. Semangat ya, semoga kita bisa melewati fase ini dan berakhir pada titik yang kita akan sama-sama bangga tetap pada jalur yang telah kita ketahui baik dan buruknya. Semoga keras kepala tak akan pernah membunuh hidup kita perlahan.

Akhir-akhir ini mengenal satu orang teman yang wujudnya sendiri belum aku ketahui. Cerita ini mungkin akan menjadi kenangan selanjutnya. Seseorang teman yang suara dan ceritanya sering aku dengarkan. Seorang teman yang jika tertawa rasanya menjengkelkan. Seorang teman yang darinya aku tak kalah banyak belajar. Wawasan yang untukku tak bisa dinalar. Barangkali aku yang masih ‘kurang main’. Dia orang yang hebat. Sebab sebagaimana beban di pudak, pura-pura kuat adalah hal yang paling tampak.  Hai, sehat-sehat baik-baik ya!

Semua cerita hidupku memiliki kenangan yang uniknya tak bisa dijelaskan satu per satu. Kerelaanku untuk menulis ini tentu untuk mengatakan bahwa kalian takkan pernah aku lupakan. Doa baik selalu aku persembahkan untuk kalian. Jika isi kepala bisa berkembang, cerita kita takkan mengenal usang. Jadi, kira-kira dengan siapa aku akan meracik kenangan lainnya? Kenangan yang takkan sekadar terkenang; tapi terkekal.

Akan ada waktu yang tak lagi menyatu; kisahnya membatu dan tertulis dalam ingatan sampai batas tak menentu.

Komentar

Posting Komentar