Akhirnya aku bisa menulis lagi untukmu Mas dan tak usah dicari tulisan lainnya. Hai, apa kabar? Semoga kau sedang baik-baik saja. Yakinku meski kau sedang tak baik, kau akan jauh lebih pandai untuk menutupi bukan? Ah, kauflasemu sebagai manusia tak perlu diragukan lagi. Ah, aku kesal; bisa-bisanya aku meihat storymu sedang di pantai, iriku berteriak keras-keras.
Sebenarnya aku ingin bertanya bagaimana hari ini? Malam ini? Apa yang sedang kau gusarkan? Sudah lama yang tidak bertukar pikir. Aku tak tahu kau sesibuk apa tapi yakinku kepalamu masih tetap penuh, meski aku tak tahu sudah kautuang atau tetap kausimpan. Iyaaa, lagi-lagi aku akan berharap kau baik-baik saja meski sedang tidak. Hahaha semoga aku salah yaa. Jika salah itu hal yang harus disyukuri bukan?
Bagaimana? Sudah bisa berdamai dengan rasa insecure? Sebenarnya aku sama sekali tak mengerti sosok yang banyak bisanya memiliki rasa insecure. Tak apa mas, aku tak di posisimu, makanya aku bisa berujar demikian. Sebenarnya aku pernah di titik bangga melihat hasil-hasil video yang kau unggah di media sosial. Apalagi saat mendengar suaramu di soundcloud ah jangan ditanya. Suaramu tetap menjadi juara bertahan kok. Hahaha. Aku pernah di titik, ah tak usah jadi PNS rasanya dengan apa yang kau lakukan tidak akan termakan zaman. Selagi tetap terus belajar dan memperbarui informasi dan keahlian, rasanya risaumu yang membandingkan satu dengan lain hal tak begitu menakutkan. Iya aku paham, memang manusia harus memiliki rencana lain. Pun, semua rencana memang harus dipertimbangkan dan direalisasikan dengan matang bukan? Ah, pembicaraan serius ini hanya akan muncul ketika kau lagi setengah waras. Hahhaa Barangkali menghargai harus dimulai dari diri sendiri, pun orang lain akan mengikuti. Kita harus bangga dan merasa layak diterima, meski logika mengecam untuk berbeda. Tak apa, semua di mulai dari diri.
Bagaimana kondisi hatimu mas? Masih ada luka? Masih ada nama lama yang tetap di sana? Masih terus ingin berlari, duduk, dan berhenti tanpa berjalan sampa waktu yang tak tentu kapan habisnya ya? Hahaha jujur aku cukup terkejut ketika tiba-tiba memasang foto perempuan di story waktu itu. Tapi setelah aku telusuri ternyata kau sering mengkode cerita tanpa aku sadari. Hahaha tenang aku tak apa. Pasti banyak yang sayang kau ya mas? Yakin alasannya karena belum ada yang cocok? Tidak ada yang cocok atau kau sediri yang tak tahu cocok itu seperti apa? Hahaha banyak tanda tanya aku kepadamu, meski memang baiknya tak tahu atau dibiarkan tertutup waktu.
Aku sedang tidak bisa menulis
tulisan indah sepert biasanya, ada hal yang sedang memenuhi kepalaku tapi
rasanya ada yang kurang ketika aku tak menulis ketika salah satu orang
terdekatku sedang di momen mengulang kelahiran. Iya aku tetap menganggapmu
dekat, meski ketika aku menghubungimu jangankan dibalas, dibaca saja hanya
sekali lewat. Hahaha tak apa, aku paham.
Mas, katamu ulang tahun tak sepenting itu tapi aku tetap ingin kau tahu bahwa umur hanya angka meski tekanan datang dari segala arah yang tak terduga. Mas, ini umur tiga puluh ya? Hahaha. Mas, selamat ulang tahun yaa. Tetap jadi sosok yang sayang keluarga meski terkadang penatmu menyapa tanpa suara. Kau pasti bentar lagi punya ponakan baru ya? Hahha tentang dewasa aku rasa kau lebih paham. Aku justru lebih senang berbincang ketika kesadaranmu dipertanyakan. Kau mengertilah apa maksudnya ini. Mas, terima kasih telah tetap bertahan dari apa-apa yang telah kau lewati dan yakinku itu tak mudah untuk siapapun. Hahaha sok tahu banget ya.
Mas, kau adalah sosok lelaki yang selama ini bisa aku rusuhi semauku meski tidak lagi. Aku tak tahu mengapa aku merasa sekarang jadi segan. Segan dari apapun. Ini sengaja ya? Takut banget aku baper? Hahaha. Jadi mana video pantai hari ini? Ah, masa aku harus nyolong dari ig story sih.
Barangkali hidup memang perlu keras ya Mas? Supaya kita terbiasa untuk menuju kelas atau justru memilih untuk bebas. Iya bebas, bebas memilih mana yang sebenarnya kita mau pun kita butuh. Ah. Definisi butuh dan ingin tipis sekali. Mari kita daftar lima hal yang membedakan mana yang dibutuh dan diingin pasti sulit. Iya, itu teori saja kan. Nyatanya hidup tak semudah tulisan atau motivasi para manusia yang suksesnya dibantu kaki: kaki lain. Tanpa relasi; langkah terasa mati. Tanpa koneksi; namamu tak dikenali. Hahaha
Pernah lelah nggak mas? Lelah ketika harus mewujudkan ekspetasi orang lain, padahal hati berteriak meski terbawa angin. Tak terdengar dan tak terlihat, hanya terasa meski sebentar, tanpa sadar. Yakinku kau pasti pernah merasa demikian, meski aku sendiri tidak tahu kapan. Pun, jika suatu saat sedih dan gusar tak perlu berkelit untuk menangis sebagai pelampiasan. Tak apa, lelaki boleh sedih dan menangis; meski sendirian. Lagi-lagi aku harus berujar, aku tak tahu banyak tentangmu tapi doaku tetap nomor satu. Iya, berdoa saja urusan terkabul atau tidak bukan urusan kita bukan?
Mas, katamu kau takut aku sayang ya? Hahaha bagaimana jika itu terjadi? Hahahah becanda. Heran masih tersimpan di kepala, mengapa bosan menjadi pemicu utama; untuk kau pergi meninggalkan beberapa orang yang mendatangimu sedia kala. “Kalau udah baper males aku.” Aneh, kau aneh dan aku tahu itu. Jangan-jangan kau bukan takut menyakiti, tapi takut disakiti ya? Hahha ah, sebenar-benar aku tak bisa menebak isi kepalamu toh nanti akan djawab “Kamu tahu aku bosenan kan.” Ah, semoga ada wanita yang sayang padamu tak terkira, hingga antusias dan optimismu mengudara. Pun, kamu menyayanginya juga.
Mas, kepala tiga; tanggal dua tiga bulan tiga. Meski isi kepala masih banyak rantingnya, tapi beberapa rencana yang pasti maumu tak sebatas wacana. Mas, hatimu baik dan semoga apa-apa yang terjadi berbalik; menjadi bantuan serta rejeki di antara satu dua yang pelik. Mas, ada berapa kata tanya di tulisan yang baru kau baca? Mungkin itu memang menginterpretasikan umur yang sudak tak berkepala dua.
Mas... Sehat-sehat, baik-baik.
Mas... Tidak, aku hanya
memanggil; semoga tolehmu bukan yang ragil.
Mas ... Terima kasih.
Mas ... Hahaha
Pojok
Meja, dua puluh tiga bulan tiga;
dua
ribu dua puluh dua pukul satu lewat dua, untuk Mas Agusrama.
Renja Naika
Komentar
Posting Komentar