Ruang Hilang

Kehilangan, hilang yang tak pernah direncanakan. Iya, semua orang tak akan ada yang mau merasa hilang, kehilangan, dihilangkan. Menghilang? Hanya sebuah pelarian atau pelampiasan yang berujung, kehilangan. Tentu fase kehidupan tak akan pernah tetap, selalu berjalan, berputar, bergerak, dan berubah. Lantas apa semua itu tetap akan berujung kehilangan? Jawabannya iya. Butiran pasir, terbawa angin, terbang atau hilang. Membaur dengan pasir-pasir lainnya. Terkena air, basah. Terkena matahari, kering. Nyatanya lebih baik basah, tak mudah terbang lantas hilang.

Dua, satu. Di dunia ini hampir semua tentang dua dan satu. Dua, dua, dan dua. Satu, satu, dan satu. Pilihan memioih satu dari dua. Setiap kata terlahir hampir berpasangan. Mati - hidup, suka - duka, rindu - temu, baik - buruk, sunyi - ramai, senyum - marah, tangis - tawa, aku - kamu, datang - pergi. Hilang? Apa teman katanya? Apa hilang memang ditakdirkan sendiri? Dengan sunyi yang selalu merindu. Dengan tangis yang semakin mengiris. Dengan hati yang terlihat mati. Dengan duka yang tanpa rasa. Dengan kamu yang hanya kujumpa lewat kemayaan sebuah ponsel yang katanya cerdas. Iya cerdas, katanya.

Seperti burung hantu, makhluk nokturnal mata ini lebih tajam ketika lelap telah merajamu, memelukmu dengan lembut, dan merasakan hembus lelah yang tak tersampaikan. Iya, mataku berkerja keras atas itu, hanya mengamati tanpa mendampingi. Sehari, dua hari, tiga hari, dan entah sampai kapan. Keberanian yang tersapu ombak, bahkan sebelum terukir di hamparan pasir putih itu. Lucu, memang. Menjadi seonggok niat yang belum tertoreh, sudah hilang. Hah, sekali lagi hilang. Hilang yang kerap menjadi handai kehidupan. Iya. Secara tak sadar, pasti. Miris? Tidak, niat pun sudah ada secercah kebaikan bukan? Kebaikan yang tersamun.

Seperti sekumpulan tikus, hitam, dekil, bau, dan tak menyeruakan nafsu makan sedikit pun. Rasanya menggegam tombak dan menjuruskan ke kumpulan bau agar semua mati, enyah, dan berhamburan menyelamatkan diri masing-masing. Mati satu, apa sudah selesai? Belum. Mati semua, apa sudah tak ada masalah? Semakin banyak. Rantai perputaran hidup yang sedikit terganggu, bukan sedikit bahkan banyak. Tak ada lagi santapan untuk ular-ular besar yang kelaparan. Semakin liar? Iya siklus ekosistem sederhana yang menurut kita tanpa guna justru meliarkan keadaan. Memang, apa yang terlihat sederhana maknanya tak sedangkal itu. Banyak kehidupan, penyelamatan di dalamnya.

Seperti lolongan anjing yang kian malam kian membising. Siapa hendak marah? Marah? Kepada binatang yang tak semestinya dihakimi. Hanya seekor binatang. Tugasnya menggonggong, bukan mencari sebuah pembelaan. Makhluk yang dengan suara lirih memperketat penjagaan. Penjagaan? Iya dirinya dan pemiliknya. Sampai nanti, lahir kecil besar dan hilang. Kenapa hilang lagi? Tak ada frasa menawan lainnya? Cinta misalnya?

Karena hidup tentang persiapan. Jangan terlena oleh kiasan menawan. Dipuji hebat, bahagia?
Terlena?
Lupa?
Siapa?
Jatuh?
Terteguh?
Menyerah?
Dan ....
Hilang!

Dunia, pasti akan hilang. Entah kapan. Dan tak usah memikirkan sejauh itu. Pikirkan, kapan orang yang kau dambakan hilang dan kau hilang. Jangan bersedih, berbuatlah yang baik sebelum hilang. Karena hilang adalah keputusan tanpa perencanaan. Yakinlah, hilang pasti. Sebelum hilang kita harus melalang, arti kehidupan.

Bahagiakan hidupmu sebelum bahagia bosan teracuhkan, selalu.

Bandarlampung, 16 April 2016.


Komentar

  1. Makin hari diksinya makin yahud, dan ditutup dengan statement "Bahagiakan hidupmu sebelum bahagia bosan teracuhkan, selalu." Pas

    BalasHapus
  2. Melanjutkan quote yang terakhir, karena kebahagiaan itu kita sendiri yang menciptakannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahagia tercipta oleh diri bukan penggantungan harapan pribadi :D

      Hapus
  3. Tak bisa berkata-kata tentang kehilangan. Yang pasti, adalah hal nyata yang teramat sangat sakitnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Nuy, apalagi bertubi dan berkelanjutan, sakitnya *menghela nafas* :"

      Hapus
  4. kalau sdh nggak ada baru tau artinya ya

    BalasHapus
  5. Meski seringkali kita banyak belajar setelah kehilangan yang siap tidak siap kita pasti akan merasakan.
    Hanya bisa berharap semoga kehilangan yang terjadi bukan karena kelalaian atau kesalahan yang tak termaafkan hingga berujung penyesalan.

    Salam siap kehilangan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa kehilangan karena kesalahan akan membekas terkesan kelam :D

      Hapus
  6. Kontemplasi yang indah, Mbak Tika. Terus berproses...

    BalasHapus
  7. Belajar mensyukuri yang kita punya ya kak Tika. Sebelum nikmat itu hilang, diambil pemilik sejatinya.. Hmmm..

    BalasHapus
  8. Mensyukuri setiap moment ya Mbak meski pahit huaaaah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepahit apapun momen tetap sebuah perjalanan *eaa :D

      Hapus
  9. Sesering apapun merasakan kehilangan, rasanya tetep bakal sakit saat mengalaminya ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. karena hilang dan sakit satu paket. Bergantung kita menindak setelahnya :D

      Mau kehilangan berat badan aja harus "sakit" dulu :D

      Hapus
  10. Sesering apapun merasakan kehilangan, rasanya tetep bakal sakit saat mengalaminya ya

    BalasHapus
  11. Bahagiakan hidupmu, sebelum bahagia bosan teracuhkan, selalu.

    Diksiiiinyaaaa sukaaaa :3

    BalasHapus
  12. kehilangan adalah hal lumrah dalam roda kehidupan. tetap dijalani walaupun kita tahu akhirnya akan pergi. waw...... saya suka diksinya :)

    BalasHapus
  13. Hilang itu seperti angin
    Buihnya indah namun cepat mereda
    Tinggalah sisa wewangian dari ucapa kata
    Kenapa tak kau yakini saja fatamorga
    Saat setitik ruang butuh penguni penuh kasih sayang

    Sekian, jelaskan fakta mantapkan luka darinya ada pahala

    *asik kan :D

    BalasHapus
  14. Hilang itu seperti angin
    Buihnya indah namun cepat mereda
    Tinggalah sisa wewangian dari ucapa kata
    Kenapa tak kau yakini saja fatamorga
    Saat setitik ruang butuh penguni penuh kasih sayang

    Sekian, jelaskan fakta mantapkan luka darinya ada pahala

    *asik kan :D

    BalasHapus
  15. Ahhhhh kerennnn!!!!

    Diksinya suka bangetttt. Ajarinnn ihh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Ucha mah lebih suhu kalo masalah diksi :D

      Hapus
    2. Ihh apaan deh. Mana ada tulisan aku yang diksinya rapih kaya di atas.

      Hapus
  16. Jangan sampai kehilangan. Itu berat...bisa sakit berulang2 kita di buatnya 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. kehilangan memang sakit tapi gak termasuk kalo kehilangannya masalah berat badan *lhaa :D

      Hapus
  17. Hidup memang perlu banyak persiapan, terlebih persiapan menghadapi hal-hal yang tak disangka-sangka terjadi, seperti halnya sebuah kehilangan.

    Eh, itu nyambung sama tulisannya nggak sih? XD

    BalasHapus
  18. Kalau kehilangan kekasih percayalah akan diganti dengan yang lebih baik #ehgimana

    BalasHapus
    Balasan
    1. gimana mau kehilangan miliki aja belum, Teh *ehkoktjurhat hahaha

      Hapus
  19. Hilang keadaan dmn tdk semua ingin mrrasskannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena hilang sebuah pelajaran dan penguatan :))

      Hapus
  20. Sampe kehanyut gini bacanya mba.
    Sampai sekarang tetap bersyukur apa yang telah diberikan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena kunci bahagia itu bersyukur ya Kak :))

      Hapus
  21. Kehilangan adalah satu hal yang pasti. Karena tak ada yang abadi di bumi.
    Bersedihlah hingga airmata mengalir bak air terjun niagara, namun jangan biarkan kesedihan mengendap dalam diri yang harusnya bangkit dan berderap.

    Syemangat untuk bangkit lagi itu gak gampang di dapet😂 sedih nya bukan main. Tapi percayalah, hidup itu selalu berputar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaaa proses dr sedih ke semangat itu ya panjang ya Kak Mia :D

      Hapus
  22. Kehilangan adalah satu hal yang pasti. Karena tak ada yang abadi di bumi.
    Bersedihlah hingga airmata mengalir bak air terjun niagara, namun jangan biarkan kesedihan mengendap dalam diri yang harusnya bangkit dan berderap.

    Syemangat untuk bangkit lagi itu gak gampang di dapet😂 sedih nya bukan main. Tapi percayalah, hidup itu selalu berputar.

    BalasHapus
  23. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  24. Kehilangan mengajarkan kitaa apa arti memiliki. Yapss kurasa lawan kata kehilangan adalah memiliki.

    Postingan bagus, Ika

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi bisa merasakah hilang kalo udh memiliki ya, Kak Jen :D

      Nuhun :D

      Hapus
  25. Semua hilang kita harus melalang suka banget

    BalasHapus
  26. Jadi galau. -_-
    eh kok Ika lagi ya. Perasaan Ika udah pernah :D

    BalasHapus
  27. Hilang hilang.. penulisannya syahdu sekali mbak :)

    BalasHapus
  28. Suka bangeeet sama epilognya Mbak Tikaaa

    BalasHapus
  29. ajari aku kaak diksi diatas.. kereen :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebanyakan nonton drama korea jd bisa nulis kaya gitu :D

      Hapus
  30. Gilak :') aku kagum sama tulisanmu yang ini mbak :') diksinya edan :)

    BalasHapus
  31. First time nih mampir kemari dan langsung disuguhin postingan yang keren abis kayak di atas. :D

    Semua fase kehidupan yang ada akan berujung kehilangan, bener banget ini. Tidak semua orang bisa memaknai kehilangan, khususnya kehilangan yang benar-benar mengguncang perasaan. Saat merasakan sebuah kehilangan, biasanya ada saja yang disalahkan, padahal kehilangan itu sendiri sudah pasti, hanya saja belum diketahui kepastiannya. Menurut saya, keikhlasan adalah unsur penting untuk akhirnya bisa menerima kehilangan.

    *Eh, ini saya ngomong begini bener ga ya? CMIIW Haha*

    "Bahagiakan hidupmu sebelum bahagia bosan teracuhkan, selalu" --> nice statement.

    Salam kenal. :)

    BalasHapus

Posting Komentar